by

Cara Ganti Niche Website, Ubah Kategori Artikel, dan Ganti Slug di WordPress

-Wordpress-86 Views

Website yang sudah berjalan lama kadang menjadi kurang relevan dengan niche awalnya. Misalnya, sebelumnya membahas gadget, tetapi kini ingin beralih ke topik resep masakan sehat. Perubahan seperti ini wajar dilakukan seiring perubahan minat, tren, atau kebutuhan audiens.

Dalam panduan ini, kami membahas langkah-langkah utama mulai dari persiapan, pengelolaan konten, hingga tahap monitoring agar proses perubahan niche dapat dijalankan secara terarah dan minim risiko. Pendekatan yang tepat membantu menjaga struktur website serta pengalaman pengunjung selama proses transisi.

Setiap bagian berisi penjelasan, contoh, serta catatan tambahan untuk membantu pembaca memahami proses penyesuaian niche di WordPress secara bertahap.

Langkah 1 — Tentukan Niche Baru dengan Strategi

1. Analisa Audiens Secara Mendalam

Tanya diri kamu: siapa pengunjung ideal website?

Perhatikan siapa yang paling sering mengunjungi situs kamu: umur, pekerjaan, hobi, dan kebutuhan mereka. Memahami hal ini membantu kamu membuat konten yang lebih relevan dengan minat audiens.

Gunakan alat riset untuk melihat data nyata

Gunakan Google Analytics, Insight Instagram/Facebook, atau survei singkat untuk mengumpulkan data pengunjung. Data tersebut bisa menjadi dasar menentukan arah niche baru yang lebih sesuai.

Contoh Kasus

Website lama: Gadget & Smartphone → pengunjung mayoritas laki-laki usia 18–35 tahun yang suka membaca review produk.
Website baru: Resep Masakan Sehat → target audiens bisa ibu rumah tangga, mahasiswa, atau pekerja sibuk yang ingin makan sehat.

Saran kami: Pahami audiens baru secara detail sebelum menentukan niche. Dengan data nyata dari Google Analytics atau Insight media sosial, strategi konten bisa disusun lebih relevan dan hasilnya terarah.

2. Tentukan Subtopik yang Konsisten

Buat subtopik yang bisa dijadikan banyak artikel

Pilih subtopik yang masih dalam satu arah dengan niche utama agar isi website tetap fokus. Hindari mencampur topik yang tidak relevan agar SEO tidak terganggu.

Contoh Subtopik

Untuk niche “Resep Masakan Sehat”, contoh subtopiknya bisa:

  • Smoothie
  • Makanan Diet
  • Cemilan Sehat
  • Sarapan Praktis
Tambahan Saran:

Buat tabel sederhana yang berisi: Subtopik | Contoh Artikel | Kata Kunci Utama untuk memudahkan perencanaan konten ke depan.

3. Periksa Potensi Monetisasi

Pastikan niche mendukung peluang pendapatan

Sebelum mengganti niche, pastikan topik tersebut punya potensi untuk mendukung iklan, afiliasi, atau penjualan produk (baik fisik maupun digital). Dengan begitu, website tetap bisa dikembangkan dalam jangka panjang.

Contoh:

Niche “Resep Masakan Sehat” bisa dikembangkan untuk mendukung afiliasi produk seperti blender, e-book resep, atau paket bahan makanan sehat.

4. Buat Daftar Kategori Utama

Susun kategori sesuai struktur konten

Buat daftar kategori utama yang mencerminkan isi website. Misalnya: Tutorial, Review, Tips, dan Berita. Kategori ini akan mempermudah pengunjung menelusuri artikel yang mereka butuhkan.

Batasi jumlah kategori

Agar tampilan website tetap rapi, cukup gunakan 3–5 kategori utama. Kategori yang terlalu banyak bisa membuat navigasi jadi rumit dan sulit dipahami pengunjung.

🔹 Langkah 2 — Backup Website Sebelum Mulai

Tampilan dashboard plugin UpdraftPlus di WordPress untuk membuat backup website
Tampilan dashboard UpdraftPlus di WordPress

1. Install Plugin Backup

Langkah-langkah instalasi:

Buka Dashboard WordPressPluginsAdd New → ketik “UpdraftPlus” → klik Install Now → lalu pilih Activate.

Plugin ini membantu kamu membuat salinan data situs sebelum melakukan perubahan besar seperti mengganti niche atau kategori artikel.

2. Buat Backup Penuh

Proses pembuatan backup:

Buka DashboardSettingsUpdraftPlus Backups → klik tombol Backup Now.

Langkah penting:

Pastikan mencentang opsi Include database dan Include files agar semua data penting ikut disimpan.

Setelah itu:

Klik tombol Backup Now dan tunggu proses selesai. Setelah backup berhasil, unduh salinannya untuk disimpan di komputer lokal atau cloud.

Saran kami: Selalu lakukan backup penuh sebelum mengubah struktur website. Pastikan file database dan seluruh direktori penting sudah tersimpan, agar data tetap aman bila terjadi kesalahan teknis.

🔹 Langkah 3 — Evaluasi Konten Lama

1. Buka Semua Postingan Lama

Langkah awal:

Buka DashboardPostsAll Posts → kemudian gunakan fitur filter untuk menampilkan kategori lama yang sudah tidak relevan dengan niche baru.

Langkah ini membantu Anda mengidentifikasi artikel lama yang masih sesuai dengan arah konten terbaru atau yang perlu dihapus.

2. Tentukan Konten yang Dihapus atau Diperbarui

Menghapus konten tidak relevan:

Pilih artikel yang tidak lagi sesuai dengan niche baru, kemudian centang artikel tersebut → pilih menu Bulk Actions → klik Move to Trash → lalu tekan Apply.

Contoh: Artikel berjudul “Review iPhone 15” sudah tidak relevan untuk niche resep masakan sehat, sehingga dapat dihapus.

Memperbarui konten relevan:

Untuk artikel yang masih memiliki keterkaitan dengan niche baru, klik Edit lalu ubah bagian judul, kategori, gambar, atau isi konten agar tetap sesuai dengan tema situs Anda.

Contoh: Artikel “5 Tips Memilih Gadget untuk Memasak” dapat diperbarui menjadi “5 Gadget Penting untuk Masak Sehat”.

Saran kami: Evaluasi seluruh konten lama secara menyeluruh. Pertahankan artikel yang masih relevan dengan topik baru, dan hapus atau arahkan (redirect) artikel lama ke konten baru jika sudah tidak sesuai agar struktur SEO situs Anda tetap rapi.

🔹 Langkah 4 — Buat Struktur Kategori Baru

1. Buka Menu Kategori di Dashboard

Masuk ke DashboardPostsCategories.

Di halaman ini, Anda dapat membuat kategori utama dan subkategori baru yang akan menyesuaikan arah niche situs.

2. Isi Informasi Kategori Baru

Bagian Name

Tulis nama kategori yang sesuai dengan topik. Contoh: “Sarapan Sehat”.

Bagian Slug

Masukkan slug deskriptif tanpa spasi agar mudah dibaca mesin pencari. Contoh: sarapan-sehat.

Bagian Parent

Biarkan kosong jika kategori tersebut adalah kategori utama. Jika kategori ini merupakan bagian dari kategori lain, pilih kategori induknya sebagai Parent.

3. Simpan dan Ulangi

Klik tombol Add New Category untuk menyimpan kategori baru Anda. Ulangi proses ini hingga semua kategori yang dibutuhkan telah dibuat.

Saran kami: Buat kategori baru sesuai niche situs Anda. Gunakan slug yang deskriptif, singkat, dan mudah dibaca agar URL tetap ramah SEO serta memudahkan navigasi pengunjung.

🔹 Langkah 5 — Pindahkan Artikel ke Kategori Baru

1. Menggunakan Metode GUI (Bulk Edit)

Langkah-langkah:

Buka menu All Posts → centang beberapa artikel → pilih Bulk Actions → klik Edit → tekan Apply → pilih kategori baru → kemudian klik Update.

Metode ini cocok digunakan jika Anda ingin memindahkan beberapa artikel sekaligus dengan cara visual langsung dari dashboard.

2. Menggunakan Quick Edit (Satu per Satu)

Langkah-langkah:

Buka daftar artikel, arahkan kursor ke judul artikel yang ingin diperbarui → klik Quick Edit → centang kategori baru → lalu tekan Update.

Metode ini ideal jika Anda ingin mengatur kategori secara individual untuk memastikan ketepatan pengelompokan konten.

3. Menggunakan WP-CLI (Tingkat Lanjut)

Perintah Dasar:

Gunakan perintah berikut untuk mengatur kategori pada artikel tertentu:

wp post term set 123 category new-category-slug

Untuk Semua Post:

Jika Anda ingin memindahkan semua artikel dalam satu perintah, gunakan:

wp post list --post_type=post --format=ids | xargs -n1 -I% wp post term set % category new-category-slug

Saran kami: Pindahkan artikel lama ke kategori baru dengan metode yang sesuai kemampuan Anda. Metode GUI cocok untuk pengguna baru, sementara WP-CLI dapat mempercepat proses pada situs dengan jumlah artikel yang banyak.

3. Ganti Slug Menggunakan WP-CLI (Advanced)

Untuk Artikel

Slug artikel dapat diperbarui melalui terminal dengan perintah:

wp post update 123 --post_name=new-slug

Untuk Kategori

Slug kategori dapat diperbarui dengan perintah:

wp term update category 12 --slug=new-category-slug

Cara ini biasanya digunakan ketika ada banyak artikel yang perlu diubah slug-nya sekaligus.

Saran kami: Saat mengganti slug artikel atau kategori, pastikan perubahan dilakukan secara hati-hati. Gunakan slug yang relevan dengan kata kunci utama, mudah dibaca, dan konsisten agar struktur URL lebih rapi.

🔹 Langkah 6 — Ganti Slug Artikel & Kategori

Contoh tampilan mengganti slug artikel di Classic Editor WordPress
Tampilan ganti slug di Classic Editor

1. Ganti Slug di Gutenberg Editor

Buka artikel melalui editor Gutenberg. Pada sidebar kanan, pilih tab Permalink atau URL. Ubah bagian slug sesuai nama baru yang lebih relevan, lalu klik Update untuk menyimpan perubahan.

Langkah ini membantu menjaga struktur URL setiap artikel tetap jelas dan sesuai dengan fokus topik terbaru.

2. Ganti Slug di Classic Editor

Jika menggunakan Classic Editor, buka artikel yang ingin diperbarui. Klik tombol Edit pada permalink yang muncul di atas judul artikel, masukkan slug baru, lalu tekan Update.

Perubahan slug di Classic Editor mendukung konsistensi URL tanpa memengaruhi struktur keseluruhan situs.

3. Ganti Slug Menggunakan WP-CLI (Advanced)

Untuk Artikel

Perbarui slug artikel melalui terminal dengan perintah berikut:

wp post update 123 --post_name=new-slug

Untuk Kategori

Perbarui slug kategori dengan perintah:

wp term update category 12 --slug=new-category-slug

Pilihan WP-CLI berguna untuk memperbarui slug banyak artikel sekaligus, sehingga lebih efisien pada situs dengan jumlah konten besar.

🔹 Langkah 7 — Flush Permalinks

1. Simpan Ulang Pengaturan Permalink

Masuk ke SettingsPermalinks. Setelah halaman terbuka, klik tombol Save Changes tanpa mengubah pengaturan apapun.

Langkah ini berfungsi untuk memperbarui struktur tautan di seluruh situs, memastikan setiap URL baru dapat diakses dengan benar.

Saran kami: Lakukan proses flush permalinks setiap kali Anda mengubah slug artikel atau kategori. Tindakan ini membantu mencegah munculnya error 404 dan memastikan URL baru langsung aktif di seluruh situs.

🔹 Langkah 8 — Pasang 301 Redirect

1. Gunakan Plugin Redirection

Buka plugin Redirection → tambahkan URL lama → arahkan ke URL baru.

2. Konfigurasi Melalui .htaccess atau Nginx

Tambahkan rule redirect sesuai struktur server agar URL lama diarahkan ke URL baru.

3. Cek Redirect

Buka URL lama di browser dan pastikan diarahkan ke URL baru dengan status 301.

Saran kami: Disarankan memasang 301 redirect untuk semua URL lama yang berubah agar traffic dan authority website tetap terkelola dengan baik.

🔹 Langkah 9 — Update Sitemap & Google

1. Generate Sitemap Baru

Disarankan menggunakan plugin SEO untuk membuat sitemap baru sesuai struktur kategori dan artikel terkini.

2. Submit ke Google Search Console

Sebaiknya login ke Google Search Console untuk submit sitemap atau menggunakan URL Inspection pada URL baru agar cepat terindeks.

3. Cek Coverage

Disarankan memeriksa laporan coverage dan memastikan tidak ada error 404 atau halaman yang hilang.

Saran kami: Sebaiknya update sitemap dan beri tahu Google agar URL terbaru terindeks dengan baik, sehingga traffic website tetap terpantau dengan stabil.

🔹 Langkah 10 — Update Internal Link, Menu & Breadcrumbs

1. Perbarui Internal Link

Sebaiknya ganti internal link lama menggunakan plugin seperti Search & Replace atau Better Search Replace agar tautan tetap relevan.

2. Perbarui Menu

Masuk ke Appearance → Menus dan pastikan semua kategori serta subkategori baru muncul di menu navigasi.

3. Perbarui Breadcrumbs

Periksa plugin breadcrumbs dan pastikan semua link mengikuti kategori serta slug baru.

Saran kami: Perbarui internal link, menu, dan breadcrumbs agar navigasi tetap jelas dan SEO tetap optimal.

🔹 Langkah 11 — Monitoring & Pemeriksaan Akhir

1. Gunakan Plugin Broken Link Checker

Disarankan memindai situs untuk menemukan link yang rusak atau tidak valid.

2. Periksa Google Analytics & Search Console

Sebaiknya amati error indexing dan perubahan traffic untuk mendeteksi potensi masalah lebih dini.

3. Uji URL Manual

Disarankan membuka beberapa URL lama dan baru secara manual untuk memastikan redirect berjalan dengan baik dan tidak menimbulkan loop.

Contoh:

  • URL lama: https://contohwebsite.com/review-iphone-15
  • URL baru: https://contohwebsite.com/5-resep-penting-untuk-masak-sehat
  • Pastikan ketika membuka URL lama, browser otomatis diarahkan ke URL baru tanpa error 404 atau loop redirect.

Saran kami: Sebaiknya pantau kondisi website secara rutin menggunakan Google Analytics dan Search Console untuk mendeteksi error, penurunan traffic, atau broken link, sehingga penyesuaian dapat dilakukan dengan teratur.

🔹 Langkah 12 — Menangani Konten Lama yang Sudah Terindeks Google

1. Identifikasi Artikel Lama

Buka Dashboard → Posts → All Posts → filter kategori lama → pilih artikel yang tidak relevan. Catat URL artikel lama karena sudah terindeks di GSC.

2. Tentukan Tindakan SEO untuk Artikel Lama

Jika artikel akan dihapus, sebaiknya pilih salah satu metode berikut:

Redirect 301

Arahkan ke artikel baru dengan topik serupa atau kategori yang relevan.

Redirect 410

Gunakan jika konten benar-benar dihapus dan tidak ada pengganti.

Hindari menghapus artikel secara langsung tanpa redirect, karena hal ini dapat menimbulkan error 404 dan memengaruhi SEO.

3. Update Google Search Console

Login GSC → URL Inspection → masukkan URL lama → pilih Request Removal atau biarkan Google crawl redirect baru. Periksa coverage report setelah beberapa hari untuk memastikan URL lama tidak menimbulkan error 404.

Saran kami: Untuk artikel lama yang sudah terindeks, sebaiknya tidak dihapus secara langsung. Redirect 301 atau 410 dapat digunakan sesuai kebutuhan agar SEO tetap terjaga.

🔹 Langkah 13 — Saran Frekuensi Update Konten Baru

1. Posting Artikel Baru

Bagi pemula, menerbitkan 3–5 artikel baru per minggu biasanya sudah cukup. Sebaiknya lebih menekankan pada kualitas daripada kuantitas.

Contoh: Senin → “5 Resep Smoothie Sarapan Sehat”, Rabu → “Tips Memilih Bahan Diet Segar”, Jumat → “Cemilan Praktis untuk Diet Seimbang”.

2. Update Artikel Lama

Disarankan memeriksa artikel lama setiap 2–4 minggu dan melakukan pembaruan pada data, gambar, kata kunci, serta internal link bila diperlukan.

Contoh: Artikel “5 Gadget Penting untuk Masak Sehat” → update gambar terbaru, tambahkan tips baru, perbaiki kata kunci.

3. Gunakan Kalender Konten

Buat tabel: Tanggal | Judul Artikel | Status | Keyword. Contoh: Senin 25 Sept → “Resep Smoothie Sehat” → Draft → smoothie sehat, sarapan.

Saran kami: Sebaiknya buat kalender konten dan tentukan frekuensi update artikel baru. Misalnya, 3–5 artikel per minggu dengan kualitas tinggi biasanya lebih efektif dibandingkan memposting banyak artikel sekaligus tanpa jadwal.

🔹 Langkah 14 — Internal Linking & Struktur Navigasi

1. Tambahkan Internal Link di Artikel Baru & Lama

Sebaiknya pastikan setiap artikel yang relevan memiliki tautan ke artikel lain agar SEO dan navigasi tetap terjaga.

Contoh: Artikel “5 Resep Smoothie” → link ke “Cemilan Praktis untuk Diet” dan “Tips Memilih Bahan Diet Segar”.

2. Update Menu & Breadcrumbs

Appearance → Menus → pastikan semua kategori & subkategori baru muncul. Periksa plugin breadcrumbs → pastikan semua link mengikuti kategori & slug baru.

Saran kami: Disarankan memeriksa beberapa URL lama dan baru secara manual untuk memastikan redirect berfungsi dengan baik dan tidak menimbulkan loop atau error 404.

🔹 Langkah 15 — Monitoring Trafik & SEO Pasca Migrasi

1. Google Analytics

Periksa traffic mingguan dan pageview per artikel baru. Bandingkan traffic sebelum & sesudah migrasi niche.

2. Google Search Console

Periksa ranking keyword, impressions, CTR, dan error coverage. Pastikan URL lama sudah redirect dengan benar.

3. Uji Beberapa URL Manual

Buka URL lama & baru → pastikan redirect 301 aktif, tidak ada loop atau 404.

Saran kami: Sebaiknya pantau kondisi website secara rutin setiap minggu untuk mendeteksi error atau penurunan traffic, dan lakukan penyesuaian bila diperlukan.

🔹 Kesimpulan

Migrasi niche melibatkan lebih dari sekadar mengganti kategori atau tema, karena perlu memperhatikan strategi SEO secara menyeluruh. Konten lama dapat dikelola dengan redirect 301 atau 410, artikel baru sebaiknya diperbarui secara teratur, dan internal link serta menu disesuaikan dengan struktur baru. Monitoring rutin dianjurkan untuk memantau perubahan trafik dan memastikan URL lama maupun baru tetap terkelola dengan baik. Dengan langkah-langkah ini, proses transisi niche dapat berjalan lebih teratur sambil menjaga struktur SEO dan keteraturan situs.

👉 Baca juga artikel: Cara Customize Website di WordPress

🔹 FAQ — Pertanyaan Seputar Migrasi Niche WordPress

1. Apa itu migrasi niche pada website?

Migrasi niche adalah proses mengganti fokus utama website dari satu topik ke topik lain, misalnya dari gadget ke resep masakan sehat. Tujuannya agar konten lebih relevan dengan audiens baru atau tren saat ini.

2. Apakah migrasi niche memengaruhi SEO?

Iya, migrasi niche dapat memengaruhi SEO jika konten lama dihapus tanpa redirect atau struktur URL tidak diperbarui. Oleh karena itu, penggunaan redirect 301/410 dan pembaruan sitemap sangat dianjurkan agar search engine tetap memahami perubahan website.

3. Bagaimana cara menangani konten lama yang sudah terindeks Google?

Konten lama sebaiknya tidak dihapus mentah-mentah. Gunakan redirect 301 untuk mengarahkan ke konten baru yang relevan, atau redirect 410 jika konten benar-benar dihapus tanpa pengganti. Ini membantu mencegah error 404 dan mempertahankan performa SEO.

4. Apakah perlu membackup website sebelum migrasi niche?

Ya, backup website sangat dianjurkan. Backup lengkap termasuk database dan file penting membantu mengamankan data jika terjadi kesalahan saat proses migrasi.

5. Berapa frekuensi update konten baru yang disarankan setelah migrasi?

Untuk pemula, 3–5 artikel baru per minggu cukup. Fokus pada kualitas artikel daripada kuantitas agar konten lebih relevan dan mudah dikelola.

6. Bagaimana cara memastikan internal link dan menu tetap relevan?

Periksa dan perbarui internal link, menu, dan breadcrumbs setelah migrasi. Pastikan setiap artikel mengarah ke konten terkait sehingga navigasi tetap jelas dan memudahkan pengunjung serta search engine.

7. Apakah menggunakan WP-CLI aman untuk mengganti slug artikel atau kategori?

Penggunaan WP-CLI aman jika dijalankan dengan benar dan untuk pengguna yang sudah memahami perintah terminal WordPress. Bagi pemula, sebaiknya gunakan editor Gutenberg atau Classic Editor untuk mengubah slug secara manual.

🔹 Disclaimer

Artikel ini disusun untuk tujuan edukasi dan panduan teknis dalam mengelola website WordPress. Meskipun langkah-langkah dijelaskan secara rinci, penulis tidak bertanggung jawab atas kerusakan, kehilangan data, atau error yang mungkin terjadi selama proses migrasi niche. Selalu lakukan backup lengkap sebelum melakukan perubahan besar, dan pastikan memahami setiap langkah sebelum diterapkan.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *